Rabu, 04 Juni 2014
by
BELAJAR APP
Pada
saat sekarang ini di dunia industri, kualitas memainkan peranan yang sangat
penting apabila produk yang dihasilkan ingin tetap berada dipasaran, karena
dengan adanya kualitas yang baik maka produk yang dihasilkan dapat bersaing
dengan produk sejenis. Kualitas produk yang dihasilkan harus memiliki kualitas
yang baik, tetapi dalam proses produksinya masih banyak terjadinya cacat.
Seven
tools, merupakan salah satu alat statistik untuk mencari akar permasalahan
kalitas, sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan seven tools tersebut
untuk mengetahui akar permasalahan terhadap produk yang mengalami cacat, serta
dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya cacat.
PENGERTIAN
Adapun
dalam penulisan tugas ini ada beberapa istilah yang dipakai, antara lain :
a.
Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan
data, pengolahan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan
kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan. (Sudjana, 1989)
b.
Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat produk yang berpengaruh pada
kemampuannya memenuhi kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Definisi
ini berpusat pada pelanggan, dimana pelanggan punya kebutuhan dan pengharapan
tertentu. Selain itu mutu dapat diartikan jaminan kesetiaan pelanggan,
pertahanan terbaik melawan saingan dari luar dan satu-satunya jalan menuju
pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.(google.com)
c.
Kualitas adalah keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing,
engineering, manufaceture, dan maintenance, dalam mana
produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan
harapan pelanggan. (Dorothea, 2004:3)
d.
Kecacatan adalah suatu produk yang tidak sesuai untuk dipasarkan, atau tidak
memenuhi syarat-syarat tertentu karena ada sesuatu sebab sehingga produk
tersebut tidak bisa dipasarkan lagi.
Manajemen
kualitas adalah “sebuah sistem manajemen strategis terpadu yang
melibatkan semua staf dan menggunakan
metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk
terus meningkatkan proses-proses di dalam
organisasi demi memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan
pelanggan”. Secara konseptual, manajemen kualitas dapat diterapkan baik pada
barang maupun jasa, karena yang ditekankan dalam penerapan
manajemen kualitas adalah peningkatan sistem kualitas.
Pada
dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan
terus-menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai dari
sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk,
pengembangan produk, proses produksi, sampai
distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi
sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu dapat
dikembangkan ide-ide kreatif untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki
produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini. 5 hal yang harus menjadi
perhatian pada pengembangan Sistim Manajemen Kualitas:
1.
Fokus pelanggan;
2.
Keterlibatan Total;
3.
Tolok Ukur
4.
Dukungan Sistematis and
5.
Peningkatan yang terus menerus.
Peningkatan
kualitas produksi dan jasa dapat dilakukan dengan berbagai alat bantu. 7 Tools
merupakan alat bantu dalam pengolahan data untuk peningkatan kualitas, dan 7
New Tools merupakan alat bantu dalam memetakan masalah secara
terstruktur, guna membantu kelancaran komunikasi pada tim
kerja, dan untuk
pengambilan
keputusan. 7 tools : (Pareto, Histogram, Fishbone, Scatter, Control Chart,
Check Sheet, Grafik). 7 New Tools : (Affinity diagram, Relation diagram, Matrix
diagram, Tree diagram, Arrow diagram, Process Decision Program Chart).
Penjelasan
7 tools dalam manajemen kualitas :
1. Diagram
Pareto
Diagram
pareto disebut juga Gambaran pemisah unsur penyebab yang paling dominan dari
unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah.
Diagram
Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto. Diagram Pareto ini
merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan
menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu
menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking
tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking
terendah).
Selain
itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses,
misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelahdiambil tindakan perbaikan
terhadap proses.
Adapun
Penyusunan Diagram Pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu:
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan
karakteristik‑ karakteristik tersebut, misalnyarupiah, frekuensi, unit, dan
sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah
ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari
yaang terbesar hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang
digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif
masing- masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk
mendapat perhatian.
Selain
itu Diagram Pareto ini mempunyai beberapa Prinsip yaitu :
§ Vilfredo
Pareto (1848-1923), ahli ekonomi Italia:
Mengatakan
bahwasannya 20% dari population memiliki 80% dari total kekayaan
§ Juran
mengistilahkan “vital few, trivial many”:
20%
dari masalah kualitas menyebabkan kerugian sebesar 80%.
Contoh
Diagram Pareto
2. Histogram
Adapun karakteristik histogram adalah :
§ Histogram
menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi
terbesar sampai dengan yang terkecil.
§ Gambar
bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan oleh data yang
dikumpulkan melalui check sheet.
§ Histogram
juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukkan
hubungan dengan spesifikasi proses dan angka‑angka nominal, misalnya rata‑rata.
§ Dalam
histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap‑tiap kelas.
Langkah-langkah dalam membuat Histogram :
Berikut ini adalah Langkah-langkah yang diperlukan dalam membuat Histogram :
1) Mengumpulkan data Pengukuran
Data yang untuk membuat Histogram adalah data pengukuran yang berbentuk Numerik.
Sebagai contoh:
Seorang Engineer ingin mengumpulkan data pengukuran untuk panjangnya kaki komponen A seperti tabel dibawah ini :
2) Menentukan besarnya Range
Sebelum menentukan Besarnya nilai Range, kita perlu mengetahui Nilai terbesar dan Nilai Terkecil dari seluruh data pengukuran kita. Cara untuk menghitung Nilai Range (R) adalah :
R = Xmaks – XminsatauRange = Nilai terbesar – Nilai terkecil
Catatan :
Jika anda menggunakan Excel , anda bisa memakai Function :
Mencari Nilai Terbesar : @MAX( nomor cell awal : nomor cell akhir)
Mencari Nilai Terkecil : @MIN(nomor cell awal : nomor cell akhir)
Untuk contoh diatas, Besarnya Nilai Range adalah 0.6 dengan perhitungan dibawah ini:
Range = 3.2 – 2.6
Range = 0.6
3) Menentukan Banyaknya Kelas Interval
Sebagai Pedoman, terdapat Tabel yang menentukan Kelas Interval-nya sesuai dengan banyaknya Jumlah Sample Unit pada Data Pengukuran.
Untuk contoh kasus diatas, banyaknya sampel data pengukuran adalah 50 data, maka kita memilih banyaknya kelas interval adalah 7 buah (menurut tabel adalah 6 sampai 10).
4) Menentukan Lebar Kelas Interval, Batas Kelas, dan Nilai Tengah Kelas
a. Menentukan Lebar Kelas Interval
Yang menentukan Lebar setiap kelas Interval adalah pembagian Range (Langkah 2) dan Banyaknya Interval Kelas (Langkah 3).
Kasus yang sama, untuk cara menghitung Lebar Kelas Interval adalah :
Lebar = Range / Kelas IntervalLebar = 0.6 / 7Lebar = 0.1 (dibulatkan)
b. Menentukan Batas untuk setiap Kelas Interval
Untuk menentukan Batas untuk setiap kelas Interval, kita memakai rumus :
Nilai terendah – ½ x unit pengukuran
(dalam kasus ini kita memakai unit pengukuran 0.1)
Batas Kelas Pertama :
Menentukan Batas bawah Kelas pertama :
2.6 – ½ x 0.1= 2.55
Selanjutnya Batas Bawah kelas pertama ditambah dengan Lebar Kelas Interval untuk menentukan Batas atas kelas pertama :
2.55 + 0.1 = 2.65
Batas Kelas Kedua :
Menentukan Batas bawah Kelas Kedua :
Batas Bawah Kedua adalah Batas Atas Kelas Pertama, yaitu : 2.65
Batas Atas Kedua adalah Batas Bawah Kedua ditambah dengan Lebar Kelas Interval yaitu : 2.65 + 0.1 = 2.75
Batas Kelas Ketiga dan seterusnya :
Dilanjutkan ke kelas ketiga dan seterusnya seperti cara untuk menentukan Batas Kelas Kedua.
c. Menentukan Nilai Tengah setiap Kelas Interval :
Nilai Tengah Kelas Pertama :
Nilai Tengah Kelas Pertama = batas atas + batas bawah kelas Pertama / 2
= 2.55 + 2.65 / 2
= 2.6
Nilai Tengah Kelas kedua dan seterusnya :
Nilai Tengah Kelas kedua dan seterusnya mempergunakan cara yang sama seperti menghitung Nilai Tengah Kelas Pertama.
5) Menentukan Frekuensi dari Setiap Kelas Interval
Untuk mempermudah perhitungan, pakailah tanda “Tally” pengelompokkan 5 (lima) untuk menghitung satu per satu jumlah frekuensi yang jatuh dalam kelas Interval.
Masih kasus yang sama, berikut ini tabel hasil perhitungannya :
6) Membuat Grafik Histogram
- Membuat Garis Horizontal dengan menggunakan skala berdasarkan pada unit pengukuran data
- Membuat Garis Vertikal dengan menggunakan skala frekuensi
- Menggambarkan Grafik Batang, tingginya sesuai dengan Frekuensi setiap Kelas Interval
- Jika terdapat batasan Spesifikasi yang ditentukan oleh Customer (Pelanggan) maka tariklah garis vertikal sesuai dengan spesifikasi tersebut.
Cara diatas merupakan Cara Manual dalam perhitungan dan pembuatan Grafik Histogram. Di Pasaran, terdapat banyak Software khusus Statistik yang dapat melakukannya dengan sangat mudah sekali. Diantaranya Software Minitab yang sangat terkenal di kalangan praktisi Statistik, terutama yang berkaitan dengan Process Improvement seperti Metodologi Six Sigma dan lain sebagainya.
3. Check
Sheet
Lembar
isian (check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan menyederhanakan
pencatatan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi
kerja yang ada. Untuk mempermudah proses pengumpulan data maka perlu dibuat
suatu lembar isian (check sheet), dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
:
a)
Maksud pembuatan harus jelas
Dalam
hal ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang nantinya
diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau tidak.
b)
Stratifikasi harus sebaik mungkin
Dapat
dipahami dan diisi serta memberikan data yang lengkap tentang apa yang ingin
diketahui.
c)
Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera diananlisa.
Jika perlu dicantumkan gambar dan produk yang akan di check.
Tujuan
pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin bahwa data dikumpulkan secara
teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan pengendalian proses
dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar pengecekan tersebut nantinya akan
digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah. Lembar pengecekan ini memiliki
beberapa bentuk kesalahanjumlah.
Ada
beberapa jenis lembar isian yang dikenal dan dipergunakan untuk keperluan
pengumpulan data, ayitu antara lain: Production Process Distribution Check
Sheet. Lembar isian jenis ini dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berasal
dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Out-put kerja sesuai dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan untuk dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga
akhirnya akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi. Seperti halnya
dengan histogram, maka bentuk distribusi data berdasarkan frekuensi kejadian
yang diamati akan menunjukkan karakteristik proses yang terjadi.
4. Fish
Bone Diagram
Istilah
lain dari Fishbone Diagram adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan oleh Kaoru
Ishikawa seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai fishbone
diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Fishbone Diagram
lahir karena adanya kebutuhan akan peningkatan mutu atau kualitas dari barang
yang dihasilkan. Seringkali dalam suatu proses produksi dirasakan hasil akhir
yang diperoleh tidak sesuai dengan ekspektasi, misalnya: barang cacat terjadi
lebih dari yang ditetapkan, hasil penjualan sedikit, mutu barang kompetitor lebih
baik dari barang kita, nasabah lebih memilih produk kompetitor kompetitor , dan
lain-lain. Dari sinilah timbul pemikiran untuk melakukan analisa dan evaluasi
terhadap proses yang sudah terjadi dalam rangka untuk memperbaiki mutu.
Fishbone Diagram merupakan salah satu alat pengendali mutu yang fungsinya untuk
mendeteksi permasalahan yang terjadi dalam suatu proses industri.
Fishbone
Diagram dalam penerapannya digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menjadi penyebab permasalahan. Diagram ini sangat praktis dilakukan dan dapat
mengarahkan satu tim untuk terus menggali sehingga menemukan penyebab utama
atau Akar suatu permasalahan. Akar ”penyebab ” terjadinya masalah ini memiliki
beragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.
Fishbone
Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam
menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Penggunaan
diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain yaitu bermanfaat
sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi, pencarian
penyebab permasalahan, pengumpulan data, penentuan taraf teknologi, penggunaan
dalam berbagai hal dan penanganan yang kompleks.
Apabila
“masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan (action)
dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya
menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan
“penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya. Jadi sangat jelas bahwa
Fishbone Diagram ini akan menunjukkan dan mengajarkan kita untuk melihat “ke
dalam” dengan bertanya tentang permasalahan yang sedang terjadi dan menemukan
solusinya dari dalam juga.
Penyelesaian
masalah melalui fishbone dapat dilakukan secara individu top manajemen maupun
dengan kerja tim. Seperti dengan cara mengumpulkan beberapa orang yang
mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang terjadi.
Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi
semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat
diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap
individu. Ini tentu bisa dimaklumi, manusia mempunyai keterbatasan dan untuk
mencapai hasil maksimal diperlukan kerjasama kelompok yang tangguh.
Analisa
tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab
potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah
dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang
sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses menjadi
sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material,
mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.
5. Scattered
Diagram/Diagram Tebar.
Scatter
diagrammerupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan antara
sebab dan akibat dari dua variabel atau untuk menentukan korelasi antara
penyebab yang diduga dengan akibat yang timbul dari suatu masalah.
Berikut ini merupakan Langkah-langkah yang diperlukan dalam membuat Scatter Diagram :
Pengumpulan data
Lakukan pengumpulan sepasang data X dan Y yang akan dipelajari hubungannya kemudian masukkanlah data tersebut ke dalam sebuah Tabel. Usahakan pengumpulan pasangan data melebihi 30 pasangan data (n > 30) agar tingkat ke-akurasi-annya lebih tinggi.Pembuatan Sumbu Vertikal dan Sumber Horizontal
Tentukanlah nilai Maksimum dan nilai Minimum dari kedua data variabel X dan Y tersebut kemudian buatlah sumbu Vertikal dan sumbu Horizontal beserta skalanya sesuai dengan nilai Maksimum dan Nilai Minimum yang didapat.Penebaran (Plotting) data
Lakukanlah Penebaran data (data plotting) kedalam kertas yang telah dibuat pada langkah ke-2 (langkah pembuatan sumbu vertikal dan sumbu horizontal)Pemberian Informasi
Berikanlah informasi yang secukupnya untuk Scatter Diagram tersebut seperti :- Judul Grafik
- Banyaknya pasangan data
- Judul dan unit pengukuran untuk sumbu Vertikal dan Horizontal
- Interval Waktu
- Orang yang membuat dan penanggung Jawab Scatter Diagram tersebut.
Agar lebih jelas tentang cara pembuatan dan penerapan Scatter Diagram, berikut ini merupakan contoh Kasusnya :
Contoh Kasus :
Perusahaan A yang mempunyai Tenaga Kerja sebanyak 300 orang dan bergerak di bidang industri perakitan elektronik sedang menghadapi permasalahan atas tingginya tingkat kerusakan dalam produksi. Dicurigai bahwa penyebabnya adalah dikarenakan jumlah absensi operator (tenaga kerja) yang tinggi di dalam produksinya. Berikut ini adalah Tabel tentang jumlah absensi tenaga kerja dengan tingkat kerusakan.
Berdasarkan Contoh kasus dan Tabel diatas, maka kita dapat membuat Scatter Diagramnya mengikuti langkah-langkah yang telah disebutkan diatas tadi.
Langkah 1 – Pengumpulan data
Seperti yang telah ditampilkan dalam tabel diatas dengan pasangan data sebanyak 30 data (n = 30)
Langkah 2 – Pembuatan Sumbu Vertikal dan Sumber Horizontal
Sumbu Horizontal : Nilai Maksimum untuk Absensi adalah 6 dan Minimumnya adalah 1
Sumbu Vertikal : Nilai Maksimum untuk tingkat kerusakan adalah 5,6 dan Minimumnya adalah 0,7
Sumbu Vertikal : Nilai Maksimum untuk tingkat kerusakan adalah 5,6 dan Minimumnya adalah 0,7
Catatan :
- Agar bentuk grafik lebih bagus, kita dapat lebihkan batas skala maksimum dan minimum
- Jika yang diuji adalah hubungannya dengan kualitas, maka tingkat kerusakan lebih baik diletakkan pada sumbu Vertikal.
Langkah 3 – Penebaran Data (Data Plotting)
Lakukan Penebaran data sesuai dengan tabel diatas dengan cara menggambarkan titik-titk X dan Y.
Langkah 4 – Pemberian Informasi
Berikanlah informasi dan Judul Scatter Diagram seperti contoh dibawah ini:
Judul Scatter Diagram : Hubungan antara Absensi dengan Tingkat Kerusakan
Banyak pasangan data : n = 30
Judul dan unit pengukuran : Sumbu Vertikal = Tingkat Kerusakan (%),
Sumbu Horizontal = Jumlah Absensi (Orang)
Interval waktu : 01 ~ 30 November 2012
Nama Pembuat / Penanggung : Dickson Kho
Judul Scatter Diagram : Hubungan antara Absensi dengan Tingkat Kerusakan
Banyak pasangan data : n = 30
Judul dan unit pengukuran : Sumbu Vertikal = Tingkat Kerusakan (%),
Sumbu Horizontal = Jumlah Absensi (Orang)
Interval waktu : 01 ~ 30 November 2012
Nama Pembuat / Penanggung : Dickson Kho
Cara Membaca Scatter Diagram :
Dari bentuk grafik yang dihasilkan, maka grafik dari Scatter Diagram diatas dinyatakan memiliki hubungan Positif (korelasi Positif) yang artinya Makin Tinggi Jumlah Absensi Tenaga Kerja akan mengakibatkan tingkat kerusakan yang makin tinggi pula. Jadi jika ingin mengurangi tingkat kerusakan produk, salah satu tindakan yang harus dilakukan adalah mengurangi tingkat absensi tenaga kerja.
POLA SCATTER DIAGRAM
Terdapat 3 pola dalam Scatter Diagram yaitu :
1) POLA POSITIF SCATTER DIAGRAM
Yaitu Pola yang menunjukkan hubungan atau korelasi positif di antara Variabel X dan Variabel Y dimana nilai-nilai besar dari Variabel X berhubungan dengan nilai-nilai besarnya Variabel Y, sedangkan nilai-nilai kecil variabel X berhubungan dengan nilai-nilai kecil Variabel Y.
2) POLA NEGATIF SCATTER DIAGRAM
Yaitu pola yang menunjukkan hubungan atau korelasi negative di antara Variabel X dan Variabel Y dimana nilai-nilai besar Variabel X berhubungan dengan nilai-nilai kecil Variabel Y sedangkan nilai-nilai kecil Variabel X berhubungan dengan nilai-nilai besar Variabel X.
3) POLA TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN (TIDAK BERKORELASI)
Yaitu Pola yang berkemungkinan tidak memiliki hubungan karena tidak ada kecenderungan nilai-nilai tertentu pada variabel X terhadap nilai-nilai tertentu pada Variabel Y.
Berikut ini gambar 3 Jenis pola dalam menilai hubungan atau korelasi antara pasangan data X dan Y :
6. Flowchart
Pada dasarnya, Flowchart (Diagram Alir) adalah alat yang digunakan untuk melakukan Perencanaan Proses, Analisis Proses dan Mendokumentasikan Proses sebagai standar Pedoman Produksi.
Flowchart (Diagram Alir) merupakan salah satu dari QC 7 Tools (7 alat Pengendalian Kualitas) yang diperkenalkan oleh Mr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1968 bersamaan dengan alat-alat lainnya seperti Histogram, Pareto Chart, Scatter Diagram, Control Chart, Cause and Effect Diagram (Fishbone Chart) dan Check Sheet.
Sebutan-sebutan lain untuk Flowchart (Diagram Alir) antara lain : Flow Diagram, Process Flowchart, Process Map, Work Flow Diagram dan Business Model.
Flowchart (Diagram Alir) merupakan alat (tool) dasar dan mudah dipergunakan serta sangat bermanfaat bagi suatu perusahaan Manufakturing dalam mengidentifikasikan proses operasionalnya terutama untuk menjelaskan setiap langkah dalam menjalankan Proses Operasionalnya.
Beberapa Keuntungan dalam penggunaan Flowchart (Diagram Alir) antara lain :
-Sebagai Dokumentasi Prosedur Kerja dalam ISO
-Sebagai pedoman untuk menjalankan Operasional
-Sebagai pedoman untuk melakukan pelatihan terhadap Karyawan baru
-Sebagai benchmark (patokan)
-Sebagai Peta kerja untuk mencegah terjadi kehilangan arah
-Untuk mempermudah pengambilan keputusan
-Sebagai pedoman untuk menjalankan Operasional
-Sebagai pedoman untuk melakukan pelatihan terhadap Karyawan baru
-Sebagai benchmark (patokan)
-Sebagai Peta kerja untuk mencegah terjadi kehilangan arah
-Untuk mempermudah pengambilan keputusan
Simbol Mulai/Awal atau Selesai/Akhir (Start / End)
Simbol Start dan End biasanya dilambangkan dengan Oval, Lingkaran ataupun Kotak Persegi Panjang yang sudutnya dibulatkan.
Simbol Proses atau Kegiatan (Process)
Simbol untuk Proses / Langkah atau kegiatan yang akan dilakukan pada umumnya berbentuk Kotak Persegi Panjang (rectangle).
Simbol Kondisional atau Keputusan (Conditional or Decision)
Simbol Kondisional atau Keputusan biasanya dilambangkan dengan Kotak yang berbentuk Diamond (Rhombus) yang pada umumnya akan mempunyai Output (keluaran) seperti Ya atau Tidak, Benar atau Salah.
Simbol Arah Aliran (Flow)
Simbol Arah Aliran Proses dilambangkan dengan Panah (Arrow) dengan anak panahnya menuju ke proses selanjutnya.
Simbol Masukan / Keluaran (Input / Output )
Simbol untuk menunjukan Masukan dan Keluaran Data (Input dan Output) dilambangkan dengan Kotak yang berbentuk Jajaran genjang (Parallelogram).
7. Grafik
dan Peta Kendali (Control Chart)
Control
Chart adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji perubahan proses
dari waktu ke waktu. Merupakan salah satu alat atau tools dalam pengendalian
proses secara statististik yang sering kita kenal dengan SPC (Statistical
Process Control), ada juga yang menyebutnya dengan Seven Tools.
Pembuatan control chart dalam SPC bertujuan untuk
mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang tidak terkendali secara
statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses makacontrol
chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control.
Dalam
proses pembuatan control chart sangat penting memperhatikan
jenis data yang kita miliki untuk menentukan jenis control chart yang
tetap, sehingga dapat memberikan informasi yang tetap terhadap kinerja proses.
Kesalahan pemilihan jenis control chart dapat berakibat fatal,
karena tidak ada informasi yang bisa tarik dari data yang sudah dikumpulkan
bahkan dapat memberikan gambaran yang salah terhadap kinerja proses.
Ciri
khas dari control chart baik untuk dapat variabel maupun atribute selalu
di batas oleh batas kendali atas ( Upper Control Limit) dan batas kendali bawah
(Lower Control Limit). Peta kendali X-bar R sebenarnya lebih baik digunakan
dari pada X-bar S karena dalam menggambarkan variasi yang terjadi didalam
sample dari setiap sub group, sedangkan dalam X-bar R hanya menunjukan
rentang nilai sample dalam masing-masing sub grup.
P
Chart digunakan untuk pengendalian proporsi produksi cacat, ukuran sample yang
dalam pembuatan P chart dapat berbeda antara suatu sub group dengan sub group
yang lainnya. Sedikit berbeda dengan NP chart, digunakan untuk memonitor jumlah
produk cacat dan ukuran sample sub group datanya harus sama. P Charta dan NP
chart dapat di dekati dengan distribusi binomial dalam perhitungannya.
Jika
yang ingin kita kembalikan kecacatan dari suatu produk, maka control chart yang
dapat digunakan C chart dan U chart. Untuk pengendalian terhadap jenis cacat
maka harus menggunakan C chart, sedangkan U Chart digunakan untuk pengendalian
terhadap jumlah cacat per unit. Kedua peta kendali ini, dalam perhitungan
capability proses di dekati dengan distribusi Poisson
KESIMPULAN
Kualitas
sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang maupun jasa.
Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk adalah:
Kualitas, biaya dan produktivitas. Sedang bagi konsumen adalah Kualitas, harga
dan pelayanan purna jual. Dengan demikian kualitas adalah satu-satunya hal yang
paling penting bagi kedua belah pihak. Dalam banyak kasus, konsep kualitas
berbeda antara pabrikan/produsen dan pelanggan/konsumen. Bagi pelanggan,
kualitas berarti kenyamanan dalam penggunaan, sementara bagi pabrikan, kualitas
berarti sifat-sifat kuantitatif yang menjadi tujuan (sifat-sifat khas lain)
misalnya kemurnian, viskositas, warna dan benda asing. Beberapa sifat-sifat
khas lainya bukan merupakan kualitas yang
diminta pelanggan.
Suatu
produk mempunyai sifat-sifat yang tidak diketahui baik oleh pabrikan maupun
pelanggan. Pelanggan membeli produk yang mempunyai beberapa sifat yang tidak
diketahui sebaik sifat-sifat yang diketahui. Pada saat proses-proses di
pabrikan diganti, beberapa sifat yang tak diketahui juga akan berganti.
Kegunaan produk bagi para pelanggan adalah kualitas dari produk. Dalam
pengertian ini, pelanggan yang menentukan kualitas dari produk. Spesifikasi
kualitas ditunjukan pada spesifikasi pengiriman dalam kadar kualitas minimum
yang harus dipenuhi oleh pabrikan. Biasanya kegunaan mengarah pada performa dan
ketahanan (berguna bagi kehidupan dan daya tahan), akan tetapi perlu juga
melibatkan sosial masyarakat dan manusia kedalam pertimbangan .
by
BELAJAR APP
Pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi membawa dampak terhadap tatanan kehidupan dunia. Perubahan yang
tepat dan mendasar terjadidalam kehidupan di segala bidang yang menuntut
kebebasan interaksi antarkehidupan yang ada di dunia tanpa mengenal batas
negara termasuk juga dalamkegiatan perdagangan dan bisnis. Salah satu
konsekuensi logis dari perubahandunia kearah globalisasi adalah adanya
pergeseran cara pandang dalam pelaksanaan perdagangan internasional yang
mengarah kepada perdagangan global.
Hal ini mengakibatkan munculnya pasar bebas dunia yang pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya persaingan di pasar internasional dan kaitannya dalam dunia bisnis maka masalah yang dihadapi perusahaan adalahs emakin ketatnya persaingan, oleh karena itu perusahaan harus dapat menjalankan strategi bisnisnya yang tepat agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan yang terjadi.
Hal ini mengakibatkan munculnya pasar bebas dunia yang pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya persaingan di pasar internasional dan kaitannya dalam dunia bisnis maka masalah yang dihadapi perusahaan adalahs emakin ketatnya persaingan, oleh karena itu perusahaan harus dapat menjalankan strategi bisnisnya yang tepat agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan yang terjadi.
Setiap usaha dalam persaingan tinggi
selalu berkompetisi dengan industri yang sejenis. Agar bisa memenangkan
kompetisi, pelaku bisnis harus memberikan perhatian penuh terhadap kualitas
produk. Perhatian pada kualitas memberikan dampak positif kepada bisnis melalui
dua cara yaitu dampak terhadap biaya -biayaproduksi dan dampak terhadap
pendapatan (Gaspersz,2005: 3). Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui
proses pembuatan produk yang memiliki derajatkonformasi yang tinggi terhadap
standar-standar sehingga bebas dari tingkatkerusakan yang mungkin. Dampak
terhadap peningkatan pendapatan terjadimelalui peningkatan penjualan atas
produk yang berkualitas yang berharga tinggi.
Salah satu tujuan perusahaan adalah
meningkatkan laba terutama darikegiatan operasinya. Oleh karena itu, manajer
perusahaan dalam mengambil keputusan-keputusannya ditujukan untuk meningkatkan
laba. Strategi bisnis untuk meningkatkan keunggulan bersaing dapat
dilakukan melalui usaha peningkatan kualitas.
Perusahaan yang menjadikan kualitas
sebagai alat strategi akan mempunyai keunggulan bersaing terhadap kompetitornya
dalam menguasai pasar karena tidak semua perusahaan mampu mencapai superioritas
kualitas. Dalam halini perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk dengan
kualitas tinggi, hargarendah dan pengiriman tepat waktu.
Proses produksi yang memperhatikan
kualitas akan menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Hal ini dapat
menghindarkan adanya pemborosan daninefisensi sehingga biaya produksi per unit
dapat ditekan dan harga produk dapat menjadi lebih kompetitif.
six Sigma merupakan cara
pendekatan kualitas terhadap Total Quality Management (TQM).
TQM menjadi perhatian di Amerika Serikat tahun 80-andan ini merupakan suatu
respons terhadap superioritas kualitas dari pabrikan Jepang dalam bidang
automotif dan penyejuk ruangan. Banyak studi pada bidang penyejuk ruangan
mengemukakan bahwa kerusakan (defect) pada perusahaan Amerika Serikat lebih banyak
dari perusahaan Jepang. Untuk membantu perusahaan supaya mampu memperbaiki
program peningkatan kualitas, makadidirikan Malcolm Balridge National
Quality Award dalam tahun 1987.
Menurut Prawirosentono ( 2002: 2)
Tiga alasan memproduksi produk berkualitas prima adalah sebagai berikut:
1.Konsumen yang membeli produk
berdasarkan mutu, umumnya mempunyai loyalitas produk yang besar dibanding dengan
konsumen yang membeli berdasarkan orientasi harga.
2.Bersifat kontradiktif dengan cara
pikir bisnis tradisional ternyata bahwa memproduksi barang bermutu tidak secara
otomatis lebih mahal dengan memproduksi produk bermutu rendah.
3.Menjual barang tidak bermutu,
kemungkinan akan banyak menerima keluhandan pengembalian barang dari konsumen.
Pengendalian
Kualitas
Kegiatan pengendalian dilaksanakan
dengan cara memonitor keluaran (output), membandingkan dengan standart
standart,menafsirkan perbedaan perbedaan dan mengambil tindakan
untuk menyesuaikan kembali proses proses itu sehingga sama / sesuai dengan
standar (Buffa 1999 : 109). Pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin agar kegiatan produksi dan operas iyang dilaksanakan sesuai dengan apa
yang telah direncanakan danapabila terjadi penyimpangan tersebut dapat
dikoreksi sehingga apayang diharapkan tercapai.
Dewasa ini semakin disadari akan
pentingnya kualitas yang baik untuk menjaga keseimbangan kegiatan produksi dan
pemasaran suatu produk. Hal ini timbul dari sikap konsumen yang
menginginkan barang dengan kualitas yang terjamin dan semakin ketatnya persaingan
antara perusahaan yang sejenis. Oleh karena itu pihak perusahaan perlu
mengambil kebijaksanaan untuk menjaga kualitas produknya agar diterima konsumen
dan dapat bersaing dengan produk sejenis dari perusahaan lain serta dalam
rangka menunjang program jangka panjang perusahaan yaitu mempertahankan
pasar yang telah ada atau menambah pasar perusahaan. Adapun hal tersebut
dapat dilakukan melalui pengendalian kualitas.
Beberapa pengertian kualitas antara
lain:
1. Kualitas
merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan produk dan jasa manusia, proses
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2001 :4)
2. Kualitas
merupakan totalitas bentuk dan karakteristik barang / jasa yang menunjukkan
kemampuannya untuk memutuskan kebutuhan kebutuhan yang tampak jelas maupun yang
tersembunyi (Render,2001:92)
3. Kualitas
merupakan jumlah dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan
didalam produk produk yang bersangkutan (Ahyari,1990 : 238).
Jadi dapat disimpulkan kualitas
adalah totalitas bentuk, karakteristik dan atribut sebagaimana dideskripsikan di
dalam produk (barang /jasa), proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan / kebutuhan konsumen.
Pengendalian kualitas merupakan alat
bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan,
mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah
produk yang rusak.
Ada beberapa pengertian pengendalian
kualitas :
1.Pengendalian kualitas adalah suatu
aktifitas untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk perusahaan
dapat dipertahankan sebagaimana telah direncanakan (Ahyari,1990 :239)
2.Pengendalian kualitas adalah
merencanakan dan melaksanakan cara yang paling ekonomis untuk membuat sebuah
barang yang akan bermanfaat dan memuaskan tuntutan konsumen secara maksimal
(Assauri,1999 : 18)
3 .Pengendalian kualitas
merupakan alat penting bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila
diperlukan, mempertahankan kualitas, yang sudah tinggi dan
mengurangin jumlah barang yangb rusak (Reksohadiprojo, 2000 :245).Jadi
dapat disimpulkan pengendalian kualitas adalah aktivitas untuk menjaga,
mengarahkan, mempertahankan dan memuaskan tuntutan konsumen secara maksimal.
Kualitas produk secara langsung
dipengaruhi oleh 9 bidang dasar atau 9M.Pada masa sekarang ini industri
disetiap bidang bergantung pada sejumlah besasr kondisi yang membebani produksi
melalui suatu cara yang tidak pernah dialami dalam periode sebelumnya.
(Feigenbaum,1992; 54-56)
a. Market
(Pasar)
Jumlah produk baru dan baik yang
ditawarkan di pasar terus bertumbuh pada laju yang eksplosif. Konsumen diarahkan
untuk mempercayai bahwa ada sebuah produk yang dapat memenuhi hampir setiap
kebutuhan. Pada masa sekarang konsumen meminta dan memperoleh produk yang lebih
baik memenuhi ini. Pasar menjadi lebih besar ruang lingkupnya dan secara
fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang yang ditawarkan. Dengan
bertambahnya perusahaan, pasar menjadi bersifat internasional dan mendunia..
Akhirnya bisnis harus lebih fleksibeldan mampu berubah arah dengan cepat.
b. Money
(Uang)
Meningkatnya persaingan dalam banyak
bidang bersamaan dengan fluktuasi ekonomi dunia telah menurunkan batas (marjin)
laba. Pada waktu yang bersamaan, kebutuhan akan otomasi dan pemekanisan
mendorong pengeluaran mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk proses
dan perlengkapan yang baru. Penambahan investasi pabrik, harus dibayarmelalui
naiknya produktivitas, menimbulkan kerugian yang besar dalammemproduksi
disebabkan oleh barang afrikan dan pengulangkerjaan yangsangat serius.
Kenyataan ini memfokuskan perhatian pada manajer padabidang biaya kualitas
sebagai salah satu dari “titik lunak” tempat biayaoperasi dan kerugian dapat
diturunkan untuk memperbaiki laba.
c. Management (manajemen).
c. Management (manajemen).
Tanggung jawab kualitas telah
didistribusikan antara beberapa kelompok khusus. Sekarang bagian pemasaran
melalui fungsi perencanaan produknya, harus membuat persyaratan produk. Bagian
perancangan bertanggung jawab merancang produk yang akan memenuhi
persyaratan itu. Bagian produksi mengembangkan dan memperbaiki kembali
prosesuntuk memberikan kemampuan yang cukup dalam membuat produk sesuaidengan
spesifikasi rancangan. Bagian pengendalian kualitas merencanakan pengukuran
kualitas pada seluruh aliran proses yang menjamin bahwa hasil akhir memenuhi
persyaratan kualitas dan kualitas pelayanan, setelah produk sampai pada konsumen
menjadi bagian yang penting dari paket produk total. Hal ini telah menambah
beban manajemen puncak,khususnya bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan
tanggung jawab yang tepat untuk mengoreksi penyimpangan dari standar kualitas.
d. Men(Manusia).
Pertumbuhan yang cepat dalam
pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang baru seperti elektronika
computer menciptakan suatu permintaan yang besar akan pekerja dengan pengetahuan
khusus. Pada waktu yang sama situasi ini menciptakan permintaan akan ahli
teknik sistem yang akan mengajak semua bidang spesialisasi untuk
bersama merencanakan, menciptakan dan mengoperasikan berbagai sistem yang akan
menjamin suatu hasil yang diinginkan.
e. Motivation (Motivasi).
e. Motivation (Motivasi).
Penelitian tentang motivasi manusia
menunjukkan bahwa sebagai hadiah tambahan uang, para pekerja masa kini
memerlukan sesuatu yang memperkuat rasa keberhasilan di dalam pekerjaan mereka
dan pengakuan bahwa mereka secara pribadi memerlukan sumbangan atas
tercapainya sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan. Hal ini membimbing
kearah kebutuhan yang tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas
dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran kualitas.
f. Material
(bahan)
Disebabkan oleh biaya produksi dan
persyaratan kualitas, para ahliteknik memilih bahan dengan batasan yang lebih
ketat dari pada sebelumnya. Akibatnya spesifikasi bahan menjadi lebih ketat
dan keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.
g. Machine
and Mecanization(Mesin dan Mekanise)
Permintaan perusahaan untuk mencapai
penurunan biaya dan volume produksi untuk memuaskan pelanggan telah terdorong
penggunaan perlengkapan pabrik yang menjadi lebih rumit dan tergantung
pada kualitas bahan yang dimasukkan ke dalam mesin tersebut. Kualitas yangbaik
menjadi faktor yang kritis dalam memelihara waktu kerja mesin agar fasilitasnya
dapat digunakan sepenuhnya.
h. Modern Information Metode(Metode
Informasi Modern)
Evolusi teknologi komputer membuka
kemungkinan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali, memanipulasi
informasi pada skala yang tidak terbayangkan sebelumnya. Teknologi
informasi yang baru ini menyediakan cara untuk mengendalikan mesin dan
proses selama proses produksi dan mengendalikan produk bahkan setelah
produk sampai ke konsumen. Metode pemprosesan data yang baru dan
konstan memberikan kemampuan untuk memanajemeni informasi yang bermanfaat,
akurat, tepat waktu dan bersifat ramalan mendasari keputusan yang membimbing masa depan bisnis.
i. Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses Produksi)
i. Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses Produksi)
Kemajuan yang pesat dalam
perancangan produk, memerlukan pengendalian yang lebih ketat pada seluruh proses
pembuatan produk. Meningkatnya persyaratan prestasi yang lebih tinggi bagi
produk menekankan pentingnya keamanan dan keterandalan produk.
Dimensi
Kualitas
Ada 8 dimensi kualitas yang
dikembangkan Garvin dan dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis
dan analisis terutama untuk produk manufaktur. Dimensi tersebut adalah:
(Tjiptono, 2001: 27)
1.Kinerja : karakteristik dari produk
inti.
2.Ciri-ciri atau keistimewaan
tambahan: karakteristik sekunder atau pelengkap.
3.Kehandalan : kemungkinan kecil
akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.
4.Kesesuaian dengan spesifikasi:
sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5.Daya tahan: berkaitan dengan
berapa lama produk tersebut dapat digunakan.
6.Service Ability: meliputi
kecepatan, kompetensi, kenyamanan mudah direparasi, penanganan keluhan yang
memuaskan
7.Estetika: daya tarik produk
terhadap panca indra.
8.Kualitas yang dipersepsikan: citra
dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Pendekatan Pengendalian Kualitas
Untuk melaksanakan pengendalian
didalam suatu perusahaan maka manajemen perusahaan perlu menerapkan melalui apa
pengendalian kualitas tersebut akan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh faktor
yang menentukan atau berpengaruh terhadap baik dan tidaknya kualitas produk
perusahaan akan terdiri dari beberapa macam misal bahan bakunya, tenaga kerja,
mesin dan peralatan produksi yang digunakan, dimana faktor tersebut
akan mempunyai pengaruh yang berbeda, baik dalam jenis pengaruh yang ditimbulkan
maupun besarnya pengaruh yang ditimbulkan. Dengan demikian agar pengendalian
kualitas yang dilaksanakan dalam perusahaan tepat mengenai sasarannya serta
meminimalkan biaya pengendalian kualitas, perlu dipilih pendekatan yang tepat
bagi perusahaan. (Ahyari, 1990:225-325)
Pendekatan
Bahan Baku
Didalam perusahaan umumnya baik dan
buruknya kualitas bahan baku mempunyai pengaruh cukup besar terhadap kualitas
produk akhir,bahkan beberapa jenis perusahaan pengaruh kualitas bahan baku yang digunakan
untuk pelaksanakan proses produksi sedemikian besar sehingga kualitas produk
akhir hampir seluruhnya ditentukan oleh bahan baku yang digunakan. Bagi beberapa
perusahaan yang memproduksi suatu produk dimana karakteristik bahan baku
akan menjadi sangat penting di dalam perusahaan tersebut. Dalam pendekatan bahan baku,
ada beberapa hal yang sebaiknya dikerjakan manajemen perusahaan agar bahan baku
yang diterima dapat dijaga kualitasnya :
a). Seleksi Sumber Bahan Baku
(Pemasok)
b). Pemeriksaaan dokumen pembelian
c). Pemeriksaan Penerimaan
Bahan.
Pendekatan
Proses Produksi
Pada beberapa perusahaaan proses
produksi akan lebih banyak menentukan kualitas produk akhir. Artinya di
dalam perusahaan ini meskipun bahan baku yang digunakan untuk keperluan proses
produksi bukan bahan baku dengan kualitas prima, namun apabila proses produksi
diselenggarakan dengan sebaik baiknya maka dapat diperoleh produk dengan
kualitas yang baik pula. Pengendalian kualitas produk yang dihasilkan
perusahaan tersebut lebih baik bila dilaksanakandengan menggunakan pendekatan
proses produksi yang disesuaikan dengan pelaksanaan proses produksi di dalam
perusahaan. Pada umumnya pelaksanaan pengendalian kualitas proses produksi di
dalam perusahaan dipisahkan menjadi 3 tahap:
a)Tahap Persiapan.
b)Tahap Pengendalian Proses.
c)Tahap Pemeriksaaan Akhir.
Pendekatan
Produk Akhir
Pendekatan produk akhir merupakan
upaya perusahaan untuk mempertahankan kualitas produk yang dihasilkannya
dengan melihat produk akhir yang menjadi hasil dari perusahaan tersebut.
Dalampendekatan ini perlu dibicarakan langkah yang diambil untuk dapat
mempertahankan produk sesuai dengan
standar kualitas yang berlaku. Pelaksanaan pengendalian kualitas dengan
pendekatan produk akhir dapat dilakukan dengan cara memeriksa seluruh produk
akhir yang akan dikirimkan kepada para distributor atau toko pengecer. Dengan demikian
apabila ada produk yang cacat atau mempunyai kualitas dibawah standar yang
ditetapkan maka perusahaan dapat memisahkan produk ini dan tidak ikut dikirimkan
kepada para konsumen.
Untuk masalah kerusakan produk
perusahaan harus mengambiltindakan yang tepat bagi peningkatan kualitas produk
akhir serta kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Oleh sebab itu
perusahaan harus mengumpulkan informasi tentang berbagai macam keluhan konsumen.
Kemudian diadakan analisa tentang berbagai kelemahan dan kekurangan produk perusahaan
sehingga untuk proses berikutnya kualitas produk dapat lebih
dipertanggungjawabkan.
2.5. six
Sigma
Pengertian six sigma.
Six Sigma adalah bertujuan yang
hampir sempurna dalam memenuhi persyaratan pelanggan (Pande dan Cavanagh, 2003:
9).Menurut Gaspersz (2005:310) six sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas
menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap transaksi produk
barang dan jasa. Jadi Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian
dan peningkatan kualitas dramatik yang merupakan terobosan baru dalam
bidang manajemen kualitas.
Konsep Six Sigma
Konsep Six Sigma
Pada dasarnya pelanggan akan merasa
puas apabila mereka menerima nilai yang diharapkan mereka. Apabila produk
diproses pada tingkat kualitas Six Sigma, maka perusahaan boleh mengharapkan
3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari
apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu.Menurut Gaspersz
(2005:310) terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi
konsep Six Sigma, yaitu :
1. Identifikasi pelanggan
2.Identifikasi produk
3.Identifikasi kebutuhan dalam
memproduksi produk untuk pelanggan
4.Definisi proses
5.Menghindari kesalahan dalam proses
dan menghilangkan semua pemborosan yang ada
6.Tingkatkan proses secara terus
menerus menuju target Six Sigma
Menurut Gaspersz (2005:310) apabila
konsep Six Sigma akan ditetapkan dalam bidang manufakturing, terdapat enam aspek
yang perlu diperhatikan yaitu:
1.Identifikasi karakteristik produk
yang memuaskan pelanggan (sesuai kebutuhan dan ekspetasi pelanggan).
2.Mengklasifikasikan semua
karakteristik kualitas itu sebagai CTQ (Critical-To-Quality) individual.
3.Menentukan apakah setiap CTQ
tersebut dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin proses kerja
dan lain-lain.
4.Menentukan batas maksimum
toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan pelanggn (menentukan nilai UCL
dan LCL dari setiap CTQ)
5.Menentukan maksimum variasi proses
untuk setiap CTQ(menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ ).
6.Mengubah desain produk dan / atau
proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target
Six Sigma